Rabu, 14 November 2012

HUBUNGAN SAINS DAN ISLAM


Tipologi Hubungan Sains dan Agama

Pendahuluan
Isu hubungan sains dan agama tidak selalu konflik :
          Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya
          Kalangan lain beranggapan bahwa sains dan agama tidak akan pernah dapat ditemukan
Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci).
Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”
Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci):
          Tipologi Konflik
menganggap bahwa sains dan agama saling bertentangan
dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci
Pandangan Kelompok Materialisme Ilmiah  
è keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan
è sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, dan progressif
è agama (kitab suci) bersifat subyektif, tertutup, dan sangat sulit berubah
Pandangan Kelompok Literalisme Kitab Suci
>        teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan

Penyebab konflik agama dan sains:
1.       Merasa dirinya benar (paling benar)
2.       Menyalahkan yang lain
PENYEBAB
è Fundamentalisme Sains (ilmu pengetahuan)
è Fundamentalisme Agama (kitab suci)

          Tipologi Independensi
              Konflik Sains dan Agama Tidak Perlu Terjadi Karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada di wilayah yang berbeda (ontologi+epistemologi+aksiologi) 
          Tipologi Dialog
mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya.
DIALOG SAINS dan agama
1.       KONSEPTUAL
è sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
è sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi
2.       METODOLOGI
è sains dipahami tidaklah seobyektif dan agama juga dipahami tidaklah sesubyektif – sebagaimana yang diduga.
Sains: obyektif-subyektif
Ø  Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas
Ø  Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data
Ø  Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model
AGAMA: SUBYEKTIF-OBYEKTIF
Ø  Agama tidak sesubyektif yang diduga
Ø  Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
Ø  Asbaabun nuzuul (Al-qur’an)
Ø  Asbaabul wuruud (Al-hadits)
          Tipologi Integrasi
Target -> Memadukan antara agama dan sains
Proses -> menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional, teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis
Tiga versi integrasi
Ø  natural theology
Menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan
Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan
SAINS -> AGAMA

Ø  theology of nature
Berangkat dari pemahaman keagamaan : pemahaman keagamaan yang ada disinari dengan sains
ITT + S = TR (Arthur Peacocke)
ITT = iman dan teologi tradisional
S = sains
TR  = teologi yang telah direvisi
PEMAHAMAN KEAGAMAAN + SAINS = PAHAM KEAGAMAAN YANG DISINARI SAINS
Ø  sintesis sistematis
Pemaduan agama dan sains secara lebih sistematis -> memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren
Melalui filsafat proses -> setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan
SINTESIS SISTEMATIS mencakup : agama, filsafat, sains